Backdoor (Sumber Gambar) |
Tentu saja dengan harga jualnya yang terbilang murah, akan menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi kebanyakan konsumen untuk membelinya. Meski demikian, baru-baru ini santer terdengar kabar bahwa ada piranti lunak (software) yang tertanam pada perangkat android tersebut yang diam-diam mengawasi aktivitas dari penggunanya.
Tidak hanya itu, seperti yang kami kutip dari The Verge, kamis (17/11/2016), firma keamanan Kryptowire mencatat, bahwa software yang terinstall pada sebagian besar perangkat android tersebut mampu mengirimkan keyword hasil pencarian dan mengirimkan pesan penggunanya ke sebuah server pada negara tirai bambu setiap 72 jam sekali.
Software yang dapat melacak lokasi serta history panggilan pengguna ponsel android ini dibuat oleh sebuah perusahaan asal Tiongkok, yakni perusahaan Tiongkok Shanghai Adups Technology Company. Namun hingga saat ini belum diketahui apa maksud dan tujuan dari dipasangnya software tersebut, apakah sebagai pengawasan oleh negara ataupun untuk kepentingan iklan.
Vice President of Product Kryptowire Tom Karygiannis mengatakan, "ini bukan sebuah ancaman, melainkan sebuah fitur."
Bahkan perusahaan tersebut mengklaim software tersebut berjalan pada lebih dari 700 juta pengguna smartphone android di seluruh dunia, terutama untuk perangkat android kategori low-end. Mereka pun bekerja sama dengan beberapa perusahaan yang memproduksi perangkat android seperti Huawei dan ZTE.
Baca Juga : Mengenal Fitur Factory Reset Protection (FRP) Pada Android
Sebuah Perusahaan Jasa Pengiriman Ketakutan saat Diminta Mengirimkan Galaxy Note 7
Software tersebut pun dikabarkan mulai berdampak pada perusahaan manufaktur asal Amerika Serikat, menurut informasi ada sekitar 120 ribu ponsel pabrikan Blu Product yang menjalankan software tersebut.
Pihak Adups kepada Times mengatakan, peranti lunak itu tak mempengaruhi ponsel-ponsel di Amerika Serikat. "Pada Juni 2016, beberapa perangkat Blu Product secara tak sengaja menerapkan firmware aplikasi Adups, termasuk di dalamnya pesan dan log panggilan yang diminta oleh klien lain Adups," demikian pernyataan Adups.
Ditambahkan oleh pihak Adups, ketika Blu menyatakan keberatan dan ingin menonaktifkan fitur itu, Adups langsung mengambil langkah cepat untuk menonaktifkan fungsi itu pada ponsel-ponsel Blu. Adups juga mengatakan, data-data kemudian langsung dihapus dan tak diberikan kepada pihak lainnya.
Insiden ini mengingatkan pada masalah yang pernah dialami perangkat HTC. Longgarnya keamanan memungkinkan pihak ketiga mencuri informasi-informasi sensitif milik pengguna. HTC kemudian menyelesaikan masalah ini pada 2013.
Sayangnya, Karygiannis menganggap masalah ini jauh lebih luas, sebab Adups mengambil informasi yang lebih spesifik tanpa sepengetahuan pengguna melalui software pra-install.